Judul Modul : 1.4 Budaya Positif
Nama Peserta : Bardani Ragil Bahri, S.Pd
· A. LATAR
BELAKANG
Menurut Filosofi Ki Hadjar Dewantara, seorang guru diibaratkan sebagai petani yang memiliki peranan penting untuk menyuburkan tanamannya. Seorang petani akan memastikan tempat tumbuhnya tanaman dengan kondisi yang cocok untuk ditanami. Dapat diartikan bahwa kita sebagai guru harus mampu menciptakan kondisi lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan sebagai tumbuh dan berkembang anak sebagai ibarat tanaman padi. Lingkungan yang positif dan kondusif dengan warga sekolah yang saling berkolaborasi dan mendukung agar tercipta kebiasaan baik sehingga dapat menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah.
Untuk
menumbuhkan budaya positif di sekolah maka dibutuhkan peran dan nilai guru
penggerak dalam menerapkannya sehingga dapat mendorong perubahan positif di
sekolah. Budaya positif dapat dilakukan dengan menerapkan konsep-konsep disiplin
positif, 5 kebutuhan dasar manusia yang mendorong perilaku manusia, 5 posisi
kontrol restitusi, keyakinan sekolah dan segitiga restitusi di sekolah.
Penumbuhan budaya positif ini penting untuk memungkinkan tumbuhnya murid yang
merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Untuk itu kita sebagai guru tentunya
perlu terus berlatih meningkatkan kompetensi diri. Kemudian guru dianjurkan
memiliki visi dan misi sejalan dengan tujuan pendidikan.
Upaya mewujudkan
budaya positif menjadi bagian dari visi guru penggerak, semua peran itu
dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tidak bisa dijalankan sendiri,
perlu berkolaborasi antar warga sekolah. Guru sebagai pemegang posisi penting
dalam membangun budaya positif bisa memulainya dari ruang kelas mereka.
Membangun kesepakatan kelas, keyakinan kelas akan hal-hal positif yang bisa
ditumbuhkan sehingga pembelajaran yang mereka dapatkan benar-benar
memerdekakan. Sekolah sebagai ekosistem pendidikan yang ramah anak dan ramah
lingkungan benar-benar dapat diwujudkan.
Berdasarkan Standar Pendidikan
Nasional tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk
murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung
jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi
lulusan yang diharapkan. Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka
setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung,
menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama sehingga
dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang
positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.
· B. TUJUAN
- Meningkatkan pemahaman guru
tentang budaya positif sekolah
- Mewujudkan
pembelajaran yang berpihak pada siswa
- Menumbuhkan
budaya positif di kelas dan di sekolah melalui kesepakatan kelas.
- Menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasila (beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan
global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif).
·
C. LINIMASA
TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN
Tahap persiapan
1.
Konsultasi dengan kepala sekolah
tentang rencana tindakan
2.
Menyusun jadwal dan undangan pelaksanaan
tindakan
3.
Menyiapkan bahan pelatihan
Tahap pelaksanaan
1.
Mensosialisasikan tentang maksud dan
tujuan keyakinan kelas ke rekan guru
2.
Penyusunan keyakinan kelas bersama
murid oleh wali kelas.
3.
Menerapkan keyakinan kelas pada saat
pembelajaran dengan melakukan refleksi tentang keyakinan kelas yang belum
dilaksanakan, serta menyelesaikan permasalahan murid melalui langkah segitiga
restitusi.
4.
Melakukan monitoring terhadap
kegiatan guru berkenaan dengan penerapan keyakinan kelas.
5.
Melakukan evaluasi dan refleksi atas
pelaksanaan tindakan
6.
Melakukan tindak lanjut perbaikan
tindakan berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi
Tahap Pelaporan
1.
Menyusun laporan hasil tindakan
2.
Mempublikasikan laporan hasil
tindakan
·
D. HASIL AKSI
NYATA
Pelaksanaan Sosialisasi Budaya Positif di Sekolah
Pelaksanaan aksi
nyata tentang budaya positif di sekolah telah terlaksana
dengan baik pada tanggal 3 November 2022. Sosialisasi ini dilaksanakan di ruang
guru SD Negeri 1 Tripe Jaya dengan jumlah peserta 10 orang guru. Adapun susunan
acara kegiatan sosialisasi tersebut terdiri atas:
1.
Pembukaan
- Penyampaian materi pemahaman budaya
positif sekolah
- Berbagi praktik baik tentang
implementasi budaya positif di sekolah
- Refleksi kegiatan
Materi pemahaman
budaya positif yang kami sampaikan yaitu:
- Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal
- Teori motivasi, hukuman, dan restitusi
- Keyakinan kelas
- Lima kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas
- Lima posisi control
- Segitiga restitusi
Dalam kegiatan pemahaman ini nampak
seluruh peserta sangat antusias. Adapun hasil sosialisasi budaya positif
sekolah pada rekan guru adalah sebagai berikut.
Video 1 : Kegiatan Sosialisasi Budaya Positif
Sumber Pribadi: diambil pada saat kegiatan
Pada awalnya peserta setuju dengan adanya hukuman dan penghargaan dalam membentuk disiplin diri pada murid, namun setelah mengikuti pembahasan ternyata mengalami pergeseran para guru bersepakat untuk mencari alternatif lain dalam membentuk disiplin murid, guru sepakat untuk mengurangi hukuman atau penghargaan dalam proses pembentukan disiplin itu. Semua peserta akan membentuk keyakinan kelas di kelasnya masing-masing dan akan menerapkan segitiga restitusi untuk membantu murid yang bermasalah dalam kedisiplinan.
Penerapan Keyakinan Kelas Saat
Pembelajaran.
Penerapan keyakinan kelas yang telah
kami laksanakan madih perlu ditingkatkan dan membutuhkan konsistensi dalam pemhaman karena siswa terkadang lupa dan perlunya diingatkan kembali akan keyakinan kelas yan gtelah ddisepakati bersama. Secara umum masih belum terlihat jelas perubahan namun ketika tindakan siswa yang kurang tepat maka disinilah penerapan segitiga restitusi sangat bermanfaat karena
siswa mampu menemukan solusi dan bertanggung jawab atas tindakan yang mereka
lakukan.
Gambar 1: Pembuatan Keyakinan Kelas
Sumber : Foto Pribadi
·
E. RENCANA
PERBAIKAN
Dalam kegiatan aksi nyata ini
ditemukan beberapa hal yang perlu diperbaiki di masa mendatang diantaranya:
- Penerapan keyakinan kelas perlu konsistensi
- Memaksimalkan peran guru dalam menumbuhkan disiplin diri melalui keyakinan kelas maupun praktik restitusi
- Diperlukan kegiatan berbagi praktik baik yang dijadwalkan secara rutin untuk meningkatkan pengalaman dan motivasi guru dalam penerapan keyakinan kelas dan restitusi.









Sikep mas bro
BalasHapus