Hubungan Antar Makhluk Hidup

Mahluk Hidup saling ketergantungan dengan makhluk lainnya.

Rangkaian Listrik

Salah satu penerapan rangkaian listrik di kehidupan sehari-hari.

Cahaya

Berbagai sifat cahaya yang perlu kita ketahui untuk di syukuri.

Senin, 13 Februari 2023

Belajar di kelas

 

Pendidikan di era digitalisasi memang dituntut anak untuk lebih kreatif dan aktif. Sejalan dengan itu guru juga dituntut kreativitas dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran di kelas. Berbagai pelatihan guru dan kolaborasi dapat memicu bagaimana guru seharusnya beraktivitas sebagai mana mestinya.

Kegiatan belajar di daerah yang keterbatasan media guru harus dapat berinovasi dan mencari jalan keluar agar siswa tidak bosan di kelas. Media kongkrit merupakan bentuk sederhana dari inovasi pembelajaran agar siswa aktif dan senang dalam belajar.

Pembelajaran yang menyenangkan dapat membentuk lingkungan belajar yang positif. Guru juga merasa lega karena siswa yang aktif dapat menggali informasi dan potensi dalam dirinya sehingga dapat meningkatkan pemahaman murid.


Sabtu, 11 Februari 2023

Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 Pembelajaran modul 3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah dimulai dengan mengerjakan soal pretes pada modul 3.a yang dilaksanakan pada tanggal 1 februari 2023 setelah itu dilanjutkan dengan menyimak video pada 3.b Etika Akademik Pemimpin Pembelajaran. 

Pada modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dilaksanakan dengan menggunakan alur MERDEKA. 

Mulai dari Diri (1 Februari 2023)

Eksplorasi konsep (2-3 Februari 2023)

Ruang Kolaborasi (6-7 Februari 2023)

Demonstrasi Kontekstual (8-9 Februari 2023)

Elaborasi Pemahaman (10 Februari 2023)

Koneksi Antar Materi (11-12 Februari 2023)

Aksi Nyata (13-14 Februari 2023)

Rangkuman pemahaman materi pada modul 3.1 ini dipandu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

1.     Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Apabila seorang pemimpin pembelajaran dihadapkan sebuah kasus dilema etika untuk membuat keputusan sebaiknya harus berpedoman pada filosofi KHD dengan Pratap  Triloka Pendidikan yaitu:

Ing Ngarso sung tuladha: menjadi teladan, pemimpin yang baik dan patut ditiru orang lain

Ing madya mangun karso: memberdayakan, menyemangati, memotivasi dan membuat orang mampu mengeluarkan kemampuan, daya dan upaya untuk meningkatkan kualitas dirinya.

Tut wuri handayani : mempengaruhi dan mendorong orang lain untuk tumbuh dan percaya diri dalam meningkatkan kompetensi dirinya.

2.     Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Salah satu nilai kebajikan yang sangat mempengaruhi kita dalam mengambil keputusan adalah KEADILAN dan TANGGUNG JAWAB. Adil merupakan dapat menempatkan suatu sesuai porsinya sedangkan tanggung jawab adalah wujud berani menghadapi resiko baik sengaja maupun tidak sengaja atas tindakan yang telah dilakukan.

Nilai ini harus ditanamkan sejak dini dan dibudayakan dalam lingkungan sekolah agar nantinya murid kita menjadi orang yang bijak dalam mengambil keputusan.

3.     Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Salah satu tujuan kegiatan coaching adalah menggali lebih dalam potensi dari coachee. Melalui proses coaching akan terjadi sebuah solusi atau pengambilan keputusan yang mengarah pada hal-hal positif yang artinya keputusan-keputusan yang diambil berpihak pada murid. Melalui kegiatan coaching pengambilan keputusan akan lebih efektif karena keputusan yang diambil dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan mendorong terwujudnya well being di lingkungan sekolah.

4.     Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola dan menyadari aspek sosial emosional agar mampu bijak dalam mengambil dan menguji keputusan. Seorang guru yang memiliki kesadaran diri yang baik akan menunjukkan integritas dan tanggung jawab dalam memutuskan masalah yang berkaitan dengan dilemma etika.

Guru juga memiliki kesadaran penuh ketika menghadapi suatu dilema etika sehingga focus rasa ingin tahu dan nilai kebajikan akan mempengaruhi keputusan guru dalam menciptakan keputusan yang berdampak positif.

5.     Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada pembahasan kasus dilemma etika atau bujukan moral, nilai-nilai yang dianut sebagai seorang pendidik adalah kebenaran, keadilan, persatuan, toleransi dan tanggung jawab. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut maka sebuah keputusan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prinsip berpusat pada murid serta mendorong terjadinya budaya positif di sekolah.

6.     Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Dengan menjalankan prinsip among KHD dan pola pikir Inquiry Apresiatif diharapkan mampu menjalankan peran-perannya. Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang berpusat penuh pada komponen pembelajaran dan warga sekolah. Guru berperan besar dalam membuat lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan sehingga sekolah sebagai wadah untuk mendidik dan mengarahkan murid sesuai kodratnya.

7.     Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam melakukan membuat keputusan yaitu adanya perbedaan sudut pandang dari tiap individu atau kelompok. Di instansi pasti terdapat pro dan kontra dalam menjalankan system yang sudah dijalankan oleh sekolah dan sebaiknya warga sekolah berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan bersama. Tentu dalam mengatasi ini  seorang pemimpin sangat berkaitan dalam menganalisa kasus yang terjadi dengan menerapkan perubahan paradigma yang ada di lingkungan sekolah yaitu :

  1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Oleh karena itu perlu adanya komunikasi dalam menganalisa kasus dilemma etika yang terjadi di sekolah.

8.     Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Agar dapat memutuskan pembelajajaran yang tepat untuk potensi murid yang berbeda-beda. Kita harus mengetahui kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Dengan memahami kebutuhan belajar murid tentu kita akan menyusun pembelajaran yang berpihak pada murid yaitu pembelajaran berdiferensiasi KSE baik dari sisi konten, proses dan produknya sehingga murid semakin merdeka dalam belajarnya.

9.     Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran sudah seharusnya bijak dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang bijaksana memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab dan keputusan tersebut haruslah berpihak pada murid agar kehidupan masa depan murid dapat terpenuhi dengan baik.

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Menjadi seorang pemimpin pembelajaran hendaknya memahami karakteristik murid yang berbeda baik dari sosial maupun emosional. Seorang pendidik juga harus memahami fiosofi oendidikan ala KHD seta memahami prinsip dan nilai seorang guru pemahaman tersebut dapat di eksplorasi menggunakan coaching/ supervise akademik. Dengan demikian akan muncul keputusan yang mampu menciptakan budaya positif demi terwujudnya visi sekolah yang berpihak pada murid.

11.  Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya terhadap materi tentang konsep-konsep yang telah dipelajari di modul ini yaitu: penerapan 4 paradigma dilemma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan penguji keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan dilema etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (benar lawan salah).

Hal diluar dugaan yang saya dapatkan pada modul ini adalah ketika menemukan kasus dilema etika maka perlu pula untuk melakukan investigasi opsi trilema yaitu mencari solusi diluar pilihan yang ada agar muncul ide kreatif yang bisa diterima semua pihak.

12.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Iya pernah, saat itu dilemma etika yang saya alami berdasarkan paradigma Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Saat itu saya hanya memikirkan apakah keputusan yang saya ambil merupakan bentuk hasil kepedulian terhadap masalah yang yang dihadapi. Setelah saya mempelajari modul ini ternyata kasus dilema etika perlu diselesaikan dengan langkah-langkah pengambilan dan penguji keputusan agar dapat dipertanggungjawabkan dengan baik dengan menganalisa melalui paradigma dan prinsip pengambilan keputusan.

 

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini dalam mengambil keputusan kita sebagai seorang guru tidak serta merta atas otoritas atau pandangan bahwa kita dapat mengontrol siswa secara penuh . tetapi keputusan yang kita ambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kenbjikan tanggung jawab dan berpihak pada murid. Keputusan yang dialbi dapat melaui langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

14.  Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting mempelajari modul ini sebagai seorang pemimpin dimana sebuah keputusan yang diambil haris berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan tidak salah langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak yang itu akan menimbulkan permasalahan baru. Dengan mempelajari modul ini diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah langkah terbaik dan paling bijak serta berdampak positif.

Kesimpulan dari materi pada modul 3.1 ini bahwa ketika kita dihadapkan pada studi kasus yang terjadi hal yang pertama kita lakukan adalah menelaah dan mnganalisa dengan teliti apakah ini merupakan kasus dilema etika atau bujukan moral yang selanjutnya kita padukan dengan 3 prinsip pengambilan keputusan dan 4 paradigma dilema yang kemudian kita akan mengambil 9 langkah pengambilan dan menguji keputusan dan yang paling penting adalah kita harus bertanggung jawab atas hasil keputusan yang telah kita buat.

berikut merupakan video animasi pada rangkuman modul 3.1 ini


Kamis, 17 November 2022

AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 Judul Modul : 1.4 Budaya Positif

Nama Peserta : Bardani Ragil Bahri, S.Pd


·       A. LATAR BELAKANG

       Menurut Filosofi Ki Hadjar Dewantara, seorang guru diibaratkan sebagai petani yang memiliki peranan penting untuk menyuburkan tanamannya. Seorang petani akan memastikan tempat tumbuhnya tanaman dengan kondisi yang cocok untuk ditanami. Dapat diartikan bahwa kita sebagai guru harus mampu menciptakan kondisi lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan sebagai tumbuh dan berkembang anak sebagai ibarat tanaman padi. Lingkungan yang positif dan kondusif dengan warga sekolah yang saling berkolaborasi dan mendukung agar tercipta kebiasaan baik sehingga dapat menumbuhkan budaya positif di lingkungan sekolah.

      Untuk menumbuhkan budaya positif di sekolah maka dibutuhkan peran dan nilai guru penggerak dalam menerapkannya sehingga dapat mendorong perubahan positif di sekolah. Budaya positif dapat dilakukan dengan menerapkan konsep-konsep disiplin positif, 5 kebutuhan dasar manusia yang mendorong perilaku manusia, 5 posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah dan segitiga restitusi di sekolah. Penumbuhan budaya positif ini penting untuk memungkinkan tumbuhnya murid yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Untuk itu kita sebagai guru tentunya perlu terus berlatih meningkatkan kompetensi diri. Kemudian guru dianjurkan memiliki visi dan misi sejalan dengan tujuan pendidikan.

        Upaya mewujudkan budaya positif menjadi bagian dari visi guru penggerak, semua peran itu dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Tidak bisa dijalankan sendiri, perlu berkolaborasi antar warga sekolah. Guru sebagai pemegang posisi penting dalam membangun budaya positif bisa memulainya dari ruang kelas mereka. Membangun kesepakatan kelas, keyakinan kelas akan hal-hal positif yang bisa ditumbuhkan sehingga pembelajaran yang mereka dapatkan benar-benar memerdekakan. Sekolah sebagai ekosistem pendidikan yang ramah anak dan ramah lingkungan benar-benar dapat diwujudkan.

        Berdasarkan Standar Pendidikan Nasional tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan. Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama sehingga dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.

·         B. TUJUAN

  1. Meningkatkan pemahaman guru tentang budaya positif sekolah
  2. Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa
  3. Menumbuhkan budaya positif di kelas dan di sekolah melalui kesepakatan kelas.
  4. Menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif).

 

·         C. LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

     Tahap persiapan

1.              Konsultasi dengan kepala sekolah tentang rencana tindakan

2.              Menyusun jadwal dan undangan pelaksanaan tindakan

3.              Menyiapkan bahan pelatihan

     Tahap pelaksanaan

1.              Mensosialisasikan tentang maksud dan tujuan keyakinan kelas ke rekan guru

2.              Penyusunan keyakinan kelas bersama murid oleh wali kelas.

3.              Menerapkan keyakinan kelas pada saat pembelajaran dengan melakukan refleksi tentang keyakinan      kelas yang belum dilaksanakan, serta menyelesaikan permasalahan murid melalui langkah segitiga         restitusi.

4.              Melakukan monitoring terhadap kegiatan guru berkenaan dengan penerapan keyakinan kelas.

5.              Melakukan evaluasi dan refleksi atas pelaksanaan tindakan

6.              Melakukan tindak lanjut perbaikan tindakan berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi

        Tahap Pelaporan

1.              Menyusun laporan hasil tindakan

2.              Mempublikasikan laporan hasil tindakan

 

·         D. HASIL AKSI NYATA

     Pelaksanaan Sosialisasi Budaya Positif di Sekolah

     Pelaksanaan aksi nyata tentang budaya positif di sekolah telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3 November 2022. Sosialisasi ini dilaksanakan di ruang guru SD Negeri 1 Tripe Jaya dengan jumlah peserta 10 orang guru. Adapun susunan acara kegiatan sosialisasi tersebut terdiri atas:

1.      Pembukaan

  1. Penyampaian materi pemahaman budaya positif sekolah
  2. Berbagi praktik baik tentang implementasi budaya positif di sekolah
  3. Refleksi kegiatan

     Materi pemahaman budaya positif yang kami sampaikan yaitu:

  1.      Disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal
  2.      Teori motivasi, hukuman, dan restitusi
  3.       Keyakinan kelas
  4.       Lima kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas
  5.       Lima posisi control
  6.       Segitiga restitusi

Dalam kegiatan pemahaman ini nampak seluruh peserta sangat antusias. Adapun hasil sosialisasi budaya positif sekolah pada rekan guru adalah sebagai berikut.


 Video 1 : Kegiatan Sosialisasi Budaya Positif

Sumber Pribadi: diambil pada saat kegiatan

        Pada awalnya peserta setuju dengan adanya hukuman dan penghargaan dalam membentuk disiplin diri pada murid, namun setelah mengikuti pembahasan ternyata mengalami pergeseran para guru bersepakat untuk mencari alternatif lain dalam membentuk disiplin murid, guru sepakat untuk mengurangi hukuman atau penghargaan dalam proses pembentukan disiplin itu. Semua peserta akan membentuk keyakinan kelas di kelasnya masing-masing dan akan menerapkan segitiga restitusi untuk membantu murid yang bermasalah dalam kedisiplinan.

Penerapan Keyakinan Kelas Saat Pembelajaran.

Penerapan keyakinan kelas yang telah kami laksanakan madih perlu ditingkatkan dan membutuhkan konsistensi dalam pemhaman karena siswa terkadang lupa dan perlunya diingatkan kembali akan keyakinan kelas yan gtelah ddisepakati bersama. Secara umum masih belum terlihat jelas perubahan namun ketika tindakan siswa yang kurang tepat maka disinilah penerapan segitiga restitusi sangat bermanfaat karena siswa mampu menemukan solusi dan bertanggung jawab atas tindakan yang mereka lakukan.

Gambar 1: Pembuatan Keyakinan Kelas

Sumber : Foto Pribadi


·         E. RENCANA PERBAIKAN

Dalam kegiatan aksi nyata ini ditemukan beberapa hal yang perlu diperbaiki di masa mendatang diantaranya:

  1. Penerapan keyakinan kelas perlu konsistensi
  2. Memaksimalkan peran guru dalam menumbuhkan disiplin diri melalui keyakinan kelas maupun praktik restitusi 
  3. Diperlukan kegiatan berbagi praktik baik yang dijadwalkan secara rutin untuk meningkatkan pengalaman dan motivasi guru dalam penerapan keyakinan kelas dan restitusi.

 

Senin, 21 Juni 2021

KKG Gugus IX

    Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah sebuah wadah bagi para guru untuk berkumpul bersama teman sejawatnya / rekan guru yang lain, apakah itu ditingkat sekolah, atau gugus (gabungan beberapa sekolah) guna membahas segala sesuatunya yang berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan yang ada di kelas maupun sekolah masing-masing. Tujuannya digabungkan para guru dalam kelompok kerja ini adalah untuk dapat bertukar fikiran dan sharing informasi yang berhubungan dengan segala hal, entah itu berupa masalah-masalah yang ada di kelas / di sekolah ataupun bisa sebagai ajang mempelajari inovasi pembelajaran terbaru yang bisa dibahas secara bersama-sama. Sehingga pada akhirnya bisa menemukan solusi atas sebuah masalah, atau mendapat ilmu-ilmu baru sebagai bahan penyegaran di kelas atau sekolah asalnya.

Selasa, 17 November 2020

Gerhana


Pada pertemuan kali ini kita akan membahas materi tentang gerhana.

Gerhana matahari berlaku apabila bulan yang sedang dalam perjalanannya mengelilingi bumi lalu bersetentangan dengan bumi dan matahari, dan bayangnya terkena pada permukaan bumi, maka terjadilah gerhana. Gerhana matahari hanya dapat berlaku ketika bulan baru, kerana pada masa itu bulan berada di sebelah bumi menghadap matahari.

Minggu, 15 November 2020

Simulasi Soal Online AKM SD KELAS 5 dan 6 (level 3)

Di Masa Pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi tatanan Sistem Pendidikan di Indonesia maka dengan ini kami sampaikan bahwa Kedepannya Penilaian Akhir Semester telah berubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Sebagai bahan latihan akan tercapainya kompetensi dan pengalaman siswa dalam pemanfaatan teknologi informasi maka siswa diharuskan untuk belajar menggunakan gadget atau smartphone serta dapat memanfaatkan jaringan internet yang tersedia.
Soal AKM ini terdiri dari 2 bagian yaitu pilihan ganda dan uraian.
pilihan ganda 10 soal dan uraian 5 soal.
Sebelum mengerjakan silahkan sediakan kertas dan pena sebagai alat bantu.
Selamat mengerjakan...


Hasil pekerjaan bisa di lihat di bawah ini.
Semoga sukses...

Jumat, 03 Juli 2020

Workshop Online

  
Sagusablog Lanjutan